PENGOLAHAN MINERAL EMAS SISTEM TROMOL (GLUNDUNG)

TEKNIK MENINGKATKAN HASIL PADA PENGOLAHAN MINERAL EMAS SISTEM TROMOL (GLUNDUNG)

Pengolahan batuan emas tradisional yang menggunakan tromol ( glundung) dan merkuri sebagai alat utama memiliki berbagai kekurangan, terutama tingkat perolehan yang sangat rendah. Pengolahan yang dilakukan berkali-kali hanya mampu meningkatkan perolehan emas maksimum 40% .Perolehan yang rendah ini disebabkan berbagai hal, namun yang utama adalah batuan emas yang diproses sebagian besar masih terbungkus / berasosiasi dengan logam-logam lain ataupun mineral sulfida, sehingga tak mampu teramalgamasi.Untuk mengatasi hal ini diperlukan tahapan proses penyingkiran kotoran terlebih dahulu, sehingga selanjutnya logam emas mampu melarut di dalam cairan raksa.Penggunaan bahan kimia sebagai pembersih logam pengotor mengakibatkan perolehan logam emas dapat meningkat hingga 70% dalam proses pengolahan sistem tromol, hanya dalam sekali proses.

SG-99 (Super Gold 99) DALAM GLUNDUNGAN

Super Gold 99 ( SG-99) adalah suatu formula yang diciptakan untuk meningkatkan kinerja merkuri/ kwik/ air perak dalam proses penangkapan debu emas dari batuan yang menggunakan tromol/ glondong sebagai alat proses.Super Gold 99 ( SG-99) bereaksi dengan permukaan partikel debu emas dari batuan, membersihkan pengotor-pengotor dari permukaan partikel, sehingga emas mampu terserap ke dalam cairan merkuri.Super Gold 99 ( SG-99) terbukti mampu meningkatkan hasil perolehan logam emas hingga 300% dari hasil biasa.Super Gold 99 ( SG-99) juga berfungsi mengurangi susutnya cairan merkuri/ kwik/ air perak dalam proses tromol, sehingga berkurangnya merkuri dapat ditekan serendah mungkin.


OWER GOLD(Bahan pengolahan emas )


Campuran Tromol

Product: POWER GOLD

Tipe : Kimia oxidation system

Package : bottle

Weight: 500 gram

Origin: -

Price: Rp 200.000 / 500 gram

NB : untuk harga reseller / agen langsung hub kami

Power Gold :Membantu melepaskan Ion ,molekul,atom dll di dalam batuan sehingga pori2 batuan terbuka dan ahal ini memudahkan mercury menangkap logam dalam proses tromol ( oxidation sistim ).menghancurkan sulfida seperti pirit,belerang dll yang dapat mengganggu mercury dalam penangkapan emas /perak.dan mengeluarkan debu emas dalam pirit (Resulfurification sistem )

Dalam pertambangan emas dengan sistem tromol pada umumnya hanya melalui 2 sistem yaitu PENGHANCURAN dan MERCURYSASI hal ini logam yang didapat hanya 30% – 50 % saja, masih banyak sisa logam emas di dalam batuan / lumpur

POWER GOLD memiliki inovasi baru dalam pengolahan emas secara traditional, dengan sistem pengolahan tromol menggunakan sistem ini pengolahan emas melalui 3 sistem yaitu : PENGHANCURAN , OXIDATION – RESULFURIFICATION dan MERCURYSASI.

Hal ini sangat efektif untuk meningkatkan hasil emas hingga mencapai 10 % – up 50% lebih banyak dari pada hasil yang di dapat dengan sistem normal / konvensional

POWER GOLD adalah serbuk kimia sebagai oxidator & sulfurification yang berfungsi seperti :

  1. Melepaskan Ion , Molekul , Atom , etc dalam batuan tambang emas, sehingga pori2 dr batuan terbuka otomatis mercury dapat meresap emas dengan baik

  2. Menghancurkan usur sulfida yang mengganggu dalam penangkapan emas seperti Pirit , belerang dan etc (didalam pirit ada kandungan emas)

  3. dan masih banyak efect yang di hasilkan dari POWER GOLD seperti : output lumpur lebih halus , peresapan mercury menjadi mximal , lumpur dr limbah glondong sudah minim kandungan emasnya

Kuntungan anda mengolah sistem Tromol menggunakan POWER GOLD :

  1. Hasil produksi naik 10 – 100 %

  2. Penggunaan yang mudah dan tidak berbahaya

  3. Harga terjangkau hanya Rp400 / gram dan perbandingan pemakaian 1 gram / 1kg batuan

Bagaimana cara yang paling mudah menguji efektivitas power gold ?

1. Pengujian menggunakan beberapa karung Lumpur dari limbah tromol yang kita gunakan sebagai bahan baku pengujian

2. Lumpur dijadikan satu lalu di aduk sampai benar2 rata , lalu di di bagi 3 – 4 bagian

3. Lumpur yang sudah di pisahkan di masukan ke dalam tromol 1 bagian : 1 tromol yang berbeda

4. Dari 4 bagian tersebut di proses dengan 2 menggunakan power gold dan 2 lainnya menggunakan cara konvensional biasa , lakukan dengan jangka waktu yang sama dan dengan cara sesuai prosedur

5. BUKTIKAN sendiri perbedaan dari hasil yang di dapat , dan mulailah anda menghitung seberapa besar keuntungan yang anda bisa dapat


Pengolahan Emas Sistem Dump Leach dan Heap Leach

· Pengolahan Emas Sistem Dump Leach dan Heap Leach

·
Pengolahan emas sistem pelarutan ( leaching) sianida ataupun tiourea konvensional baru bernilai jika dilakukan terhadap batuan dengan kandungan minimal emas 5 gram / ton. Padahal dalam kenyataannya mayoritas batuan emas memiliki kandungan yang lebih kecil dari itu. Agar batuan dengan kandungan emas minimal 1 gram / ton dapat diproses secara ekonomis, maka diciptakan sistem pengolahan dump leach / heap leach.
Berbeda dengan cara - cara konvensional, dalam sistem ini tidak dilakukan penghalusan ukuran batuan. Dengan kata lain tak perlu dilakukan proses - proses mekanis terhadap batuan hasil tambang. Batuan dengan ukuran seperti apa adanya ditumpuk diatas bidang datar ( lapang) yng telah dilapisi polimer sejenis plastik. Plastik berfungsi menahan cairan kimia agar tak meresap ke lapisan tanah di bawahnya, sehingga aman dari pencemaran.
Proses pelarutan dilakukan dengan menyemprot cairan kimia dengan metode hujan buatan melalui sprinkle - sprinkle yang ditempatkan di atas tumpukan batuan. Tetes larutan selanjutnya akan melakukan penetrasi ke pori - pori batuan, melarutkan logam - logam yang di inginkan. Gaya grafitasi membawa larutan logam ke bagian bawah dan selanjutnya dialirkan ke kolam / danau penampungan. Hasil larutan yang telah masuk ke kolam / danau kemudian diproses untuk mendapatkan logam emas dan perak.


..." Dalam bahasa umum di dunia pengolahan hasil tambang, dump / heap leach berarti teknik pengolahan logam sistem pelarutan tanpa proses penghalusan. Agar batuan emas kadar rendah mampu diolah secara ekonomis..."

" ...2. Larutan dari tangki pelarut disalurkan ke sprinkle – sprinkle lewat pipa – pipa distributor, selanjutnya mengalir ke permukaan atas batuan. Cairan pelarut disiram dari bagian atas tumpukan seperti tetesan air hujan. Tetes - tetes larutan yang menimpa bongkahan akan mengalir kebagian bawah ( dengan terlebih dahulu melewati bongkahan-bongkahan dibawahnya, dan seterusnya) . Saat tiba dibagian bawah, larutan tersebut telah kaya akan garam logam..."

..." Sebagian dari batuan emas tidaklah berdiri sendiri, akan tetapi terbungkus oleh lapisan logam lain yang berbentuk garam sulfida. Untuk melarutkan emas seperti ini diperlukan proses “ refractory” ataupun proses semacam itu agar tabir permukaan logam emas / perak terbuka terhadap pelarut.
Beberapa contoh emas model ini adalah CuAuTeS2 ( paduan tembaga emas tellurium sulfida) , CuAuFeS2, ..."

..." Pelarutan pengotor memerlukan adanya oksigen dari udara sebagai bantuan oksidator. Dalam proses pengolahan konvesional oksigen diinjeksikan kedalam larutan melalui gelembung udara yang disalurkan lewat pipa kedalam wadah bak pelarut, dan selanjutnya didistribusikan keseluruh bagian melalui putaran agitator..."

..." Dalam sistem Dump Leach batuan terbuka terhadap udara luar sehingga tak ada hambatan terhadap suplay oksigen, namun disaat tumpukan bongkahan menjadi lebih tinggi timbul perisai terhadap udara luar. Untuk mengatasi hal ini maka dilakukan pemasangan cerobong suplay udara pada tempat – tempat yang ditengarai bakal kekurangan udara..."

" ...Pemberian HCl pada chalcopyrite ( yang biasanya terdapat dalam batuan emas) akan melarutkan unsur besi, dan tembaga tertinggal dalam bentuk sulfida logam. Sulfida tembaga ini sangat mudah teroksidasi oleh oksigen menjadi tembaga sulfat. Proses oksidasi ini menghasilkan panas yang menyebabkan tumpukan menjadi hangat..."

..." CuFeS2 + 2HCl CuS + FeCl2 + H2S

CuS + 2O2 CuSO4..."

..." Untuk mendapatkan ion NO3- yang netral maka saat ini telah digunakan garam timbal nitrat Pb( NO3) 2. garam ini akan terurai dalam air menjadi kation Pb2+ dan anion NO3-. Proses penambahan Pb( NO3) 2 dapat dilakukan bersama dengan proses sianidasi, dan inilah keunggulan proses “ nitrox” dibanding “ klorinasi” dalam sistem Dump / Heap Leach..."

..." Mengapa proses sianidasi tak menghendaki pH yang rendah?
NaCN saat dilarutkan dalam air akan terurai menjadi ion Na+ dan CN-. Penurunan pH akan mengakibatkan naiknya proton bebas ( H+ ) dalam larutan. Bertemunya anion CN- dan ion hidrogen ( H+ ) akan membentuk asam sianida ( HCN) . Asam sianida ( HCN) sangat mudah menguap. Titik didih HCN hanyalah 26oC, sedikit diatas suhu kamar..."


Timbal II nitrat Pb( NO3) 2

Timbal II nitrat Pb( NO3) 2

Timbal II nitrat Pb( NO3) 2 merupakan garam timbal yang digunakan sebagai oksidator kuat. Karena sifatnya ini, timbal nitrat banyak digunakan sebagai oksidator dalam pengolahan emas dari batuan.
Sebagai oksidator, timbal nitrat digunakan dalam proses leaching sianidasi dan proses amalgamasi yang menggunakan merkuri.
Untuk proses amalgamasi yang menggunakan tromol ( glundung) , perbandingan timbal nitrat dan batuan ( lumpur) adalah 5 gram timbal nitrat : 1 kg batuan/ lumpur.
Prosesnya : Batuan / lumpur dimasukkan ke dalam tromol/ glundung beserta timbal nitrat, lakukan proses penggerusan selama 3 jam. Berikutnya masukkan merkuri ke dalam tromol dan lanjutkan proses penggerusan 3 jam lagi.
Hasil logam melalui proses yang menggunakan timbal nitrat akan meningkat hingga 3 kali lipat dari proses yang hanya menggunakan merkuri

Dalam proses sianidasi ( tong) , timbal nitrat dimasukkan ke dalam lumpur 6 jam sebelum pemasukan kapur/ caustic ke dalam lumpur. Jumlah timbal nitrat yang dimasukkan berkisar antara 500 gram-1kg dalam setiap ton lumpur. Penggunaan timbal II nitrat sebagai oksidator akan meningkatkan perolehan logam emas hingga 300% dari hasil sebelumnya

Pengolahan menggunakan air raksa masih dapat ditingkatkan perolehannya dengan cara melakukan kombinasi dengan larutan kimia, dalam hal ini menggunakan alkali sianida dan beberapa zat kimia lainnya.

Batuan hasil glundungan umumnya belum terlalu halus, sehingga sebagian dari emas belum terliberalisasi ( belum terbebaskan) . Emas yang masih terikat dengan unsur-unsur lain tentu saja tak terserap oleh logam raksa dan tertinggal di lumpur limbah olahan. Sedangkan perak, sebagian besarnya masih di batuan karena sifatnya masih berupa senyawa yang tak teramalgamasi oleh logam raksa.
Untuk memisahkan logam emas dari berbagai pengikat dan pelindungnya ( agar kemudian terserap oleh raksa) , maka dilakukan langkah-langkah refractory dan pelarutan. Refraktori bertujuan membuka selubung logam emas, agar mampu terserap oleh merkuri.Refraktori menggunakan kombinasi udara di dalam glundung dan senyawa garam timbal..."

Pengolahan Emas Sistem Tiourea Konvensional

Pengolahan Emas Sistem Tiourea Konvensional
"

..."
Thiourea digunakan sebagai alternatif pengganti sianida, terutama pada batuan berjenis sulfida, pelarangan terhadap penggunaan sianida, dan digunakan pada lokasi yang tak memungkinkan penggunaan sianida. Thiourea secara relatif tak beracun dan aman bagi lingkungan. Akan tetapi senyawa ini bersiffat karsinogenik ( dapat menimbulkan kanker) .
Tingkat pelarutan menggunakan thiourea sangat cepat, jauh lebih cepat dibanding pelarutan sianida.. bisa 4 hingga 5 kali lebih cepat dibanding proses sianida..."

·

· " ...Thiourea dioksidasi dan dikonsumsi dengan sangat cepat pada kondisi yang tepat saat pelarutan. Emas dan perak melarut dalam asam thiourea membentuk senyawa kompleks yang stabil,
2Au + 4CS( NH2) 2 + 2Fe3+ 2Au( CS( NH2) 2) 2+ + 2Fe2+
2Ag + 4CS( NH2) 2 + 2Fe3+ 2Ag( CS( NH2) 2) 2+ + 2Fe2+ ..."

..." Formamidine sangat menarik sebab dapat dibentuk dalam larutan asam melalui oksidasi thiourea dengan oksidator semacam besi III. Keberhasilan pelarutan menggunakan thiourea tergantung pada pengertian aturan formamidine yang merupakan suatu senyawa yang sangat aktif dalam proses pelarutan emas.
Langkah pertama thiourea dioksidasi menjadi formamidine disulfide..."

..." Thiourea harus diberikan dalam takaran yang terukur.
Perbandingan senyawa kompleks dan oksidator harus dikendalikan dengan hati – hati. Oksidasi yang tak terkendali akan mengakibatkan reaksi yang tak dapat balik ( irreversible) , formamidine habis dan berubah menjadi cyanamide dan endapan sulfur bebas..."

..." Formamidin disulfida memainkan peranan yang sangat penting dalam peristiwa pelarutan, sebab optimalisasi pergerakan dihasilkan saat mendekati separuh dari thiourea yang ada dalam larutan dikonversi menjadi formamidin disulfida. Kehabisan formamidin mengakibatkan pelarutan logam terhenti..."

" ...Konsentrasi thiourea dalam larutan. Tingkat pelarutan yang tinggi bisa mencapai diatas 95% pada batuan yang memiliki emas bebas. Konsentrasi thiourea antara 5 – 50 gram / liter telah diterapkan dalam laboratorium dan skala produksi praktis. Tingkat konsumsi thiourea 1 – 4 kg / ton harus direncanakan untuk optimalisasi sistem pelarutan thiourea.
Namun estimasi kenaikan penggunaan hingga 10 kg/ ton harus diperhitungkan juga. Kenaikan konsumsi thiourea berhubungan dengan kenaikan kebutuhan akan asam sulfat untuk pengendalian pH dan potensial redoks..."

" ...- Lama waktu pelarutan. Konsumsi thiourea dikurangi dengan cara menjaga waktu kontak antara thiourea dengan mineral sulfida dalam waktu yang minimum. Atas alasan ini, lama waktu pelarutan ditentukan 10 – 15 menit saja, dan lumpur disaring secepat mungkin..."

Proses leaching menggunakan tiourea, proses penyerapan/ pengendapan larutan emas dan perak, peleburan dan pemurnian logam dijelaskan secara lengkap namun mudah dimengerti oleh umum.



Pengolahan Emas Sistem Sianidasi

Pengolahan Emas Sistem Sianidasi


E Pengolahan Batuan Emas Sistem Sianidasi Edisi ke-III merupakan penyempurnaan dari buku edisi sebelumnya.
Edisi ini menampilkan penjelasan yang sangat lengkap sehingga sangat mudah dimengerti dan langsung dapat diterapkan oleh para praktisi maupun kalangan umum.

Isi buku meliputi segenap aspek yang berkaitan dengan pengolahan batuan emas yang menggunakan sianida sebagai pelarut.
Aspek-aspek tersebut adalah : 1. Pengenalan kimia dasar dan kimia metalurgi, khususnya yang berkaitan dengan batuan emas.
2. Cara-cara pengujian batuan ataupun lumpur dari batuan emas, sehingga para pembaca dapat mengetahui sejak awal apakah batuan/ lumpur yang akan diolah mengandung emas ataupun tidak, serta mengetahui jumlah emas yang terkandung di dalam batuan/ lumpur yang akan diolah sehingga dapat diprediksi hasil yang akan diperoleh dalam proses leaching.
3. Pengujian kualitas karbon aktif yang akan digunakan (sebagian dari karbon aktif yang beredar di pasaran memiliki kualitas yang rendah sehingga tak layak dipakai dalam proses leaching.
4. Maksimalisasi proses leaching, penyerapan maupun pengendapan, agar diperoleh hasil yang mendekati 95% dari jumlah emas yang terkandung di dalam Lumpur.
5. Proses pembakaran karbon, peleburan.
6. Proes peleburan jika menggunakan logam zinc sebagai pengendap emas.
7. Proses pemurnian emas dan perak.
Setiap proses dijelaskan dengan rinci tahapan-tahapannya, sehingga pembaca dapat dengan mudah memahami dan menerapkan isinya.